Kebijakan Moneter Agresif Bank Indonesia Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan 7-day reverse repurchase rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%. Keputusan mengejutkan ini menandai pemotongan suku bunga kelima sejak September lalu, membawa suku bunga ke level terendah sejak akhir tahun 2022. Langkah ini menunjukkan komitmen BI untuk mendukung ekonomi terbesar di Asia Tenggara di tengah ketidakpastian global.
Inflasi Terkendali dan Rupiah Stabil Beri Ruang Pelonggaran
Gubernur Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan pemotongan suku bunga sejalan dengan ekspektasi inflasi yang rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah. Kondisi ini memberikan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter guna mendorong aktivitas ekonomi. Mayoritas ekonom sebelumnya memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga, sehingga keputusan ini menjadi kejutan positif bagi pasar.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat
BI juga meningkatkan proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada 2025, PDB berpotensi tumbuh sekitar 5,1% atau lebih tinggi, melampaui titik tengah kisaran proyeksi resmi BI sebesar 4,6% hingga 5,4%. Pertumbuhan PDB pada 2025 melampaui capaian 5,03% di 2024. Gubernur Warjiyo menyatakan optimisme terhadap prospek pertumbuhan di paruh kedua tahun ini karena BI melonggarkan kebijakan moneter dan pemerintah mempercepat belanja.
Tantangan dan Peluang di Tengah Ketidakpastian Global
Meskipun pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun ini lebih kuat dari perkiraan, tantangan tetap ada. Tarif AS yang lebih tinggi dan kepercayaan konsumen yang masih rapuh menjadi perhatian. Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat telah dikenakan tarif 19% sejak 7 Agustus, setara dengan Thailand, Malaysia, Filipina, dan Kamboja. Namun, BI melihat kapasitas ekonomi masih lebih besar dari permintaan, memberikan peluang untuk pemotongan suku bunga lebih lanjut guna memacu pertumbuhan.
Pertumbuhan Kredit Melambat, BI Dorong Penyaluran Dana
Data menunjukkan pertumbuhan kredit pada Juli melambat menjadi 7,03%, terendah sejak Maret 2022. BI menjelaskan bahwa bank lebih memilih menempatkan kelebihan likuiditas pada sekuritas daripada menyalurkan pinjaman, serta lambat dalam menurunkan suku bunga pinjaman. BI akan terus mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Anggaran 2026 Prabowo Subianto Dukung Stimulus Ekonomi
Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini mengusulkan anggaran sebesar $234 miliar untuk tahun 2026, meningkat 7,3% dari outlook anggaran tahun ini. Anggaran ini mencakup peningkatan besar dalam belanja pertahanan serta program pangan dan gizi unggulannya. Kebijakan fiskal yang ekspansif ini diharapkan dapat memberikan stimulus tambahan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.